Tujuh Perusahaan Global Berinvestasi Rp 15,4 Triliun untuk Produksi Mobil Listrik di Indonesia

Table of Contents

Sektor otomotif berbasis elektrik yaitu Electric Vehicle (EV) tetap meningkat. Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Ketua Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menyatakan adanya pertambahan jumlah produsen EV yang membangun pabriknya di Indonesia.

Rosan menyatakan bahwa dari tahun 2024 sampai Maret 2025, tujuh perusahaan pembuat kendaraan listrik telah bersedia mengalihkan investasi mereka ke Indonesia. Sebagian besar perusahaan tersebut sudah mulai merakit pabrik untuk proses produksinya.

Tujuh pabrikan kendaraan listrik itu terdiri dari BYD, Citroen, AION, Maxus, Geely, VinFast, dan VW. Investasi keseluruhan yang dialokasikan mencapai angka Rp 15,4 triliun guna mendukung program produksi mobil listrik sebanyak 281.000 unit setiap tahunnya.

Rosan percaya bahwa produksi kendaraan listrik di Indonesia akan semakin berkembang, dengan proyeksi mencapai angka sekitar 2,5 juta unit setiap tahunnya hingga tahun 2030. Menurut pandangan Rosan, negeri ini kian diminati sebagai lokasi berinvestasi dalam bidang kendaraan listrik dikarenakan adanya iklim industri rantai pasokan kendaraan listrik, terlebih lagi soal sel-sel baterainya.

"Benar-benar paling komprehensif. Mulai dari penambangan nikel hingga nikel matte, sulfat nikel, bahan awal, katoda, anoda, sel baterai, paket baterai , sampai ke r ecycle battery Semua investasi tersebut telah berada di Indonesia. saya seluruh ekosistemnya "Sudah tersedia," jelas Rosan pada acara KumpulanNew Energy Vehicle Summit 22025, Selasa (6/5).

Rosan menyebutkan bahwa pihak berwenang akan terus mendukung peningkatan angka Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Chief Executive Officer dari Badan Pengelola Investasi (BPI), Danantara, menjelaskan bahwa otoritas bersedia untuk merancang paket insentif ekstra bagi bisnis yang mencatatkan persentase TKDN lebih besar.

Pastinya kita akan menawarkan bonus yang lebih besar jika mereka menerapkan TKDN. Oleh karena itu, kami merubah konsepnya menjadi semakin meningkatkanTKDN, maka insentif yang diberikan juga akan lebih besar. Jadi di masa mendatang seperti ini. positive approach TentangTKDN ini," tambah Rosan.

Sebagai elemen dalam sistem EV, pemerintah turut mendukung pembangunan stasiun pengisian. (charging  station ) dapat meningkat dengan pesat. Oleh karena itu, pemerintah mengubah aturan sehingga pihak ketiga atau sektor swasta menjadi lebih berminat dalam pembangunan. charging station.

"Sehingga pertumbuhan charging station Bisa tersebar dengan cepat di seluruh Indonesia. Jika terdapat baterai kendaraan listrik namun proses pengisian dayanya masih belum memadai, pastinya akan mengurangi antusiasme untuk penggunaannya di masa mendatangan," ungkap Rosan.

Rosan kemudian mengkritik bahwa secara umum, sektor otomotif menyumbang kontribusi yang cukup besar terhadap pencapaian investasi. Dalam rentang waktu empat tahun antara 2020 hingga 2024, total dana investasi yang berasal dari bidang otomotif telah mencapai angka Rp 157 triliun.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengumumkan bahwa pemerintah akan memberikan dukungan untuk pertumbuhan sektor industri otomotif. Ini mencakup juga industri yang memproduksi kendaraan dengan bahan bakar alternatif. new energy vehicl Eh, yang akan berlanjut sambil kita beralih keenergi terbarukan.

Sebagai contoh ada mobil listrik (EV), hidrogen serta bahan bakar nabati (biofuel). Kami yakin pengembangan teknologi tersebut akan mempercepat proses peralihan yang sedang dijalani oleh Indonesia menuju perekonomian berkelanjutan. Pihak pemerintah memiliki peranan penting dalam hal ini. welcome "tentang seluruh teknologi yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan," demikian kata Agus.

Agus juga menyinggung tentang pertumbuhan industri mobil listerik yang cepat di Indonesia. Tahun lalu, jumlah kendaraan elektrik meningkat hingga 78%, mencapai total 207.000 unit.

Agus menyatakan bahwa pada saat ini Indonesia telah memiliki tujuh fasilitator produksi bus listrik yang mampu menghasilkan total sebanyak 3.100 unit setiap tahunnya, serta sembilan produsen kendaraan roda empat listrik dengan kapasitas produksi mencapai 70.060 unit pertahun. Tambahan lagi, terdapat 63 perusahaan pembuat skuter listrik yang dapat memproduksi hingga 2,28 juta unit tiap tahunnya.

Dalam kerangka pengembangan kendaraan listrik, pemerintah bukan sekadar menginginkan Indonesia sebagai pasarnya saja. Kita juga bertujuan menjadikan Indonesia pusat produksinya untuk kendaraan listrik, setidaknya di wilayah ASEAN, demikian menutup Agus.