Polytron Luncurkan Mobil Listrik G3 dan G3+: Desain Asli yang Beda dari Skyworth Auto

Polytron Indonesia secara resmi mengenalkan dua model mobil listrik yaitu G3 dan G3+, ke pasaran lokal. Mobil-mobil tersebut merupakan hasil kerjasama antara Polytron dengan Skyworth Auto, yang sebenarnya adalah versi rebadged dari kendaraan Skyworth ET5 yang sudah tersedia di China.
Merespon masalah tersebut, Commercial Director dari Polytron, Tekno Wibowo, menyebutkan bahwa klaim tentang pembekalan ulang merek dengan produk perusahaan China tidak sepenuhnya tepat. Dia menjelaskan bahwa keduanya mobil terbaru ini memiliki spesifikasi yang beragam.
"Meskipun demikian, rebagernya tidak sepenuhnya tepat, sebab jika ditelusuri lebih jauh, tidak ditemukan spesifikasi yang persis sama dengan produk yang kami bawa ke Indonesia," ungkap Tekno saat berada di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, pada hari Selasa (6/5).
"Sebenarnya kami pun membuat beberapa penyesuaian, yaitu perubahannya disesuaikan dengan karakteristik konsumen di Indonesia," jelasnya.
Seputar rancangan produk di masa depan, Tekno enggan membocorkan apakah mereka akan membuat mobil sendirian atau tidak. Meskipun demikian, dia menyatakan dirinya bersedia berkolaborasi dengan sejumlah entitas yang ada.
"Bagi kami, kami siap membuka diri untuk bekerja sama dengan seluruh mitra, asalkan kita memiliki pandangan yang sama dalam mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia," ungkapnya.
Tekno juga mengisahkan bagaimana dimulainya kerjasama antara Polytron dan Skyworth Auto. Pada mulanya, pembuat kendaraan listrik pertama di Indonesia tersebut sedang mencari sebuah perusahaan yang memiliki tujuan serupa.
Berikutnya, Polytron mengevaluasi produk perusahaan lain untuk memastikan kesesuaian dengan kebutuhan mereka sebelum berkolaborasi.
"Jika memungkinkan, kami akan melakukan beberapa penyesuaian agar produk tersebut tepat untuk pasar di Indonesia," terangnya.
Kerja sama ini melibatkan sejumlah keistimewaan dan volume tertentu yang harus diraih oleh Polytron. Akan tetapi, pihaknya tidak membuka informasi lebih lanjut tentang hubungan bisnis di antara kedua perusahaan itu.
"Bisnis itu melibatkan pemberian dan pengambilan. Asalkan kita dapat memenuhi janji yang kami berikan, seharusnya tidak ada alasan bagi mereka untuk terjun langsung ke pasaran Indonesia," demikian penjelasan Tekno.